Senin, 09 November 2015

Should Improve research in kampus ?

Three student of IAIN Surakarta was followed “ Temu Riset Mahasiswa Islam dan Short Course Metodologi Penelitian Nasional 2015” that hold in  24-30 Oktober 2015 in  UIN Malang. Three student are  Ahsanur Rofiq iqbal from faculty of  Akidah Filsafat , Mustaim Romli from faculty of Akidah filsafat and Abdi Setiawan  from English Departmen . that three student are from UKM DINAMIKA ( UKM Student’s Research).

“The workshop talk about research  in islamic culture. In three we spent the night and during seven days we joint the workshop and during that all of the accommodation paid by campus.” said Abdi Setiawan as a participant of the workshop that interviewed in his spare time of activities in UKM DINAMIKA

One of the speaker of the workshop is exs-rector of UIN Kalijaga Jogjakarta. He tell about research.
“The theme of the workshop is  Tirakat Penelitian, I got many knowledge from this event, one hundred percent about knowledge  of research and about language, Islamic culture, islamic formation, and all about islam. During seven day .We start our activities at 5 o’clock and then praying, doing sport, take a bath and the seminar begin at 8 a.m after that we rest at 12 o’clock and than continue the seminar at 2 p.m . and we do it until at 10 night. All of accommodation pay by our campus.“ Abdi Setiawan added..

To joint with this event we must write essay about Harmony religion and than all of  our essay will select by our campus after that we who acceptance will go to the event. In IAIN just three student can join in this event.

The perpose of this event are unite all of IAIN and learn about research, methodology of research and how to make a good and correct research.

 “I feel happily because I can learn about religion and than how to be good moslem because before I joint in this event I do not learn about islam more.” Said Abdi Setyawan

My expectation  is we can improve our methodology  Research from this event and than my dream is write some book. amin




Kamis, 05 November 2015

Makna Perempuan bagi Keluarga
Oleh : Fajar setyani

Bau harum selalu tercium setiap kali masuk kerumah,itu berasal dari dapur yang berada dibelakang rumah. Ibu sedang memasak. Setelah masakan jadi bapak dan anak akan bergabung menyantap masakan buatan ibu. Itulah ritme yang sering terjadi dalam sebuah keluarga.  Ibu selalu diposisikan menjadi seorang pahlawan bagi keluarga mereka yang kelaparan. Ibu selalu berhubungan dengan dapur dan peralatan memasak, ibu adalah penguasa daerah dapur. Bahkan dalam zaman feodal seorang istri selalu disebut dengan istilah “kanca wingking” atau dengan kata lain seorang istri pekerjaannya hanyalah dibelakang atau didapur saja. Perempuan tidak memiliki hak untuk menemui seorang tamu dan bepergian keluar rumah kecuali jika sangat diperlukan. Istri tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada diluar rumah.
Dari buku pelajaran “Titian”(R.M.DJAMAIN):1950 dalam salah satu ceritanya ibu digambarkan seorang yang berkutat dengan dapur  saat anaknya minta tolong karena ada genting yang bocor, maka ibu mengambil sebuah pasu (salah satu alat dapur) untuk menyelesaikan masalah tersebut, jadi begitu dekatnya sosok ibu dengan sebuah dapur. Peran ibu tidaklah terlalu besar bagi keluarganya karena ibu hanya berada pada satu tempat saja dan jarang memperoleh pengalaman-pengalaman yang bisa diajarkan kepada anak-anaknya.  Terlihat pada buku terbitan tahun 1950 itu dimana saat itu perempuan masih dianggap menjadi seseorang yang tidak bermakna. Walaupun presiden pertama Indonesia  Soekarno pernah mengatakan bahwa “ kebesaran suatu Negara berada ditangan seorang ibu, jika ibu-ibu dalam suatu negara tersebut baik maka negaranya akan baik pula, sebaliknya jika ibu-ibu yang ada pada suatu Negara itu rusak maka Negara tersebut akan rusak” ini menggambarkan bahwa pada masa sukarno sebenarnya peran seorang perempuan telah banyak berubah. Tetapi banyak yang belum menyadari pentingnya seorang perempuan dalam membangun sebuah kehidupan yang harmonis.
Seiring berjalannya waktu , saat perempuan-perempuan mulai merasakan bahwa dirinya telah diperlakukan berbeda dengan seorang laki-laki maka timbulah gerakan-gerakan yang timbul akibat perasaan tertekannya seorang perempuan. Kartini, pelopor pembemberontakan kaum perempuan telah menunjukan kepada semua orang bahwa perempuan bisa melakukan lebih dari pada seorang laki-laki. Dalam majalah TEMPO edisi 22-28 april 2013 dipaparkan bahwa  “Kartini memberontak terhadap feodalisme, poligami, dan adat istiadat yang mengungkung perempuan. Dia yakin bahwa pemberian pendidikan yang merata merupakan kunci kemajuan”. Kartini menyadari bahwa adat istiadat para perempuan jawa yang mengalami proses pingitan akan menyebabkan seorang perempuan menjadi terhalang untuk memperoleh pendidikan. Tetapi kartini saat dipingit tidak berhenti untuk mencari cara agar ilmu selalu mengalir meskipun berada pada pingitan. Tetapi perasaan perempuan tetaplah sama, disaat kartini dihadapkan dalam suatu pilihan antara mengenyam pendidikan atau menikah dengan laki-laki yang telah dipilihkan ayahnya. Dia harus memilih untuk  menikah untuk membahagiakan ayahnya.
Perempuan-perempuan semakin memberontak , Gerwani  ( Gerakan Wanita Indonesia ) adalah salah satu contoh dari pemberontakan pada masa soeharto yang dilakukan para perempuan. Aktivis Gerakan ini adalah pembela perempuan-perempuan yang tegas. Gerakan ini dituding terlibat dalam gerakan PKI.
Seorang perempuan seharusnya bisa menempatkan dirinya dalam situasi apapun dan dalam hal apapun sehingga peran perempuan akan bermakna. Kartini memaknai perempuan sebagai suatu yang harus diperjuangan, karena sebagai perempuan kartini tidak rela jika kaumnya terus terjajah oleh feodalisme yang mengukung perempuan-perempuan jawa. Harapan kartini adalah terciptanya perempuan-perempuan yang berpendidikan. Agar bisa mendidik anak-anak mereka menjadi seorang anak yang bisa berguna bagi bangsanya.
Tetapi, emansipasi yang dicetuskan kartini nampaknya banyak disalah artikan oleh perempuan-perempuan sekarang. Mereka beranggapan bahwa emansipasi membebaskan apapun yang ada dalam diri perempuan. Termasuk adab-adab yang sesuai fitrahnya sekarang telah banyak dilanggar oleh para perempuan.Konsumerisme telah melanda kehidupan para perempuan masa ini, mereka cenderung lebih mementingkan penampilan lahiriah dari pada harus melalukan  hal yang sesuai fitrah perempuan. Pakaian dan make up sekarang cenderung melekat dalam diri seorang perempuan, bahkan para ibu rumah tangga sekarang lebih mementingkan bagaimana wajahnya bisa terlihat cantik, bagaimana pakaiannya bisa pas dengan tubuhnya. Keluarga menjadi bagian yang kedua sejelah penampilannya.
Jika dibandingkan peran ibu pada masa dahulu dan masa sekarang, maka terdapat banyak perbedaan dalam perannya sebagai pengatur rumah tangga. Dahulu meskipun seorang perempuan tekekang oleh adat. Tetapi mereka banyak yang berhasil mendidik anak-anak mereka menjadi seorang yang berhasil. Sedangkan ibu modern yang berpendidikan malah menjadikan keluarga adalah prioritas yang kedua. Seandainya seorang ibu bisa menyeimbangkan kepentingan pribadinya dengan kepentingan keluarga maka kehidupan yang harmonis mungkin akan tercipta.

second article

Makna Perempuan bagi Keluarga
Oleh : Fajar setyani
087836107641
Seiring berjalannya waktu, saat perempuan-perempuan mulai merasakan bahwa dirinya telah diperlakukan berbeda dengan seorang laki-laki maka timbulah gerakan-gerakan yang timbul akibat perasaan tertekannya seorang perempuan. Kartini, pelopor pembemberontakan kaum perempuan telah menunjukan kepada semua orang bahwa perempuan bisa melakukan lebih dari pada seorang laki-laki. Dalam majalah TEMPO edisi 22-28 April 2013 dipaparkan bahwa  “Kartini memberontak terhadap feodalisme, poligami, dan adat istiadat yang mengungkung perempuan. Dia yakin bahwa pemberian pendidikan yang merata merupakan kunci kemajuan”. Kartini menyadari bahwa adat istiadat para perempuan Jawa yang mengalami proses pingitan akan menyebabkan seorang perempuan menjadi terhalang untuk memperoleh pendidikan. Tetapi Kartini saat dipingit tidak berhenti untuk mencari cara agar ilmu selalu mengalir meskipun berada pada pingitan. Tetapi perasaan perempuan tetaplah sama, di saat Kartini dihadapkan dalam suatu pilihan antara mengenyam pendidikan atau menikah dengan laki-laki yang telah dipilihkan ayahnya. Dia harus memilih untuk  menikah untuk membahagiakan ayahnya.
Perempuan-perempuan semakin memberontak , Gerwani  ( Gerakan Wanita Indonesia ) adalah salah satu contoh dari pemberontakan pada masa soeharto yang dilakukan para perempuan. Aktivis Gerakan ini adalah pembela perempuan-perempuan. Gerakan ini bersifat tegas. Gerakan ini dituding terlibat dalam gerakan PKI. Sehingga banyak aktivis dari gerakan ini yang dipenjarakan.
Seorang perempuan seharusnya bisa menempatkan dirinya dalam situasi apapun dan dalam hal apapun sehingga peran perempuan akan bermakna. Kartini memaknai perempuan sebagai suatu yang harus diperjuangan, karena sebagai perempuan kartini tidak rela jika kaumnya terus terjajah oleh feodalisme yang mengukung perempuan-perempuan Jawa. Harapan kartini adalah terciptanya perempuan-perempuan yang berpendidikan dan bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan perempuan seperti laki-laki. Agar bisa mendidik anak-anak mereka menjadi seorang anak yang bisa berguna bagi bangsanya.
Tetapi, emansipasi yang dicetuskan kartini nampaknya banyak disalah artikan oleh perempuan-perempuan sekarang. Mereka beranggapan bahwa emansipasi membebaskan apapun yang ada dalam diri perempuan. Termasuk adab-adab yang sesuai fitrahnya sekarang telah banyak dilanggar oleh para perempuan.Konsumerisme telah melanda kehidupan para perempuan masa ini, mereka cenderung lebih mementingkan penampilan lahiriah dari pada harus melalukan  hal yang sesuai fitrah perempuan. Pakaian dan make up sekarang cenderung melekat dalam diri seorang perempuan, bahkan para ibu rumah tangga sekarang lebih mementingkan bagaimana wajahnya bisa terlihat cantik, bagaimana pakaiannya bisa pas dengan tubuhnya. Keluarga menjadi bagian yang kedua sejelah penampilannya.
Jika dibandingkan peran ibu pada masa dahulu dan masa sekarang, maka terdapat banyak perbedaan dalam perannya sebagai pengatur rumah tangga. Dahulu meskipun seorang perempuan tekekang oleh adat. Tetapi mereka banyak yang berhasil mendidik anak-anak mereka menjadi seorang yang berhasil. Sedangkan ibu modern yang berpendidikan malah menjadikan keluarga adalah prioritas yang kedua. Seandainya seorang ibu bisa menyeimbangkan kepentingan pribadinya dengan kepentingan keluarga maka kehidupan yang harmonis mungkin akan tercipta.
Terlihat pada buku terbitan tahun 1950 itu dimana saat itu perempuan masih dianggap menjadi seseorang yang tidak bermakna. Walaupun presiden pertama Indonesia  Soekarno pernah mengatakan bahwa “ kebesaran suatu Negara berada ditangan seorang ibu, jika ibu-ibu dalam suatu negara tersebut baik maka negaranya akan baik pula, sebaliknya jika ibu-ibu yang ada pada suatu Negara itu rusak maka Negara tersebut akan rusak” ini menggambarkan bahwa pada masa sukarno sebenarnya peran seorang perempuan telah banyak berubah. Tetapi banyak yang belum menyadari pentingnya seorang perempuan dalam membangun sebuah kehidupan yang harmonis.
Dari buku pelajaran “Titian” karya R.M.DJAMAIN, yang diterbitkan pada 1950. Tahun dimana peran seorang wanita sudah diakui dan dihormati wanita yang sebelumnya hanya berada dalam dapur mulai beralih pada perannya terhadap pendidikan kepada anak-anaknya dan memiliki tanggung jawab lebih kepada keluarganya.
Dari buku itu kita mendapatkan cerita sederhana ini: Bau harum selalu tercium setiap kali masuk ke rumah, itu berasal dari dapur yang berada di belakang rumah. Ibu sedang memasak. Setelah masakan jadi bapak dan anak akan bergabung menyantap masakan buatan ibu. Itulah ritme yang sering terjadi dalam sebuah keluarga. Dalam salah satu ceritanya ibu digambarkan seorang yang berkutat dengan dapur  saat anaknya minta tolong karena ada genting yang bocor, maka ibu mengambil sebuah pasu (salah satu alat dapur) untuk menyelesaikan masalah tersebut, jadi begitu dekatnya sosok ibu dengan sebuah dapur. Peran ibu tidaklah terlalu besar bagi keluarganya karena ibu hanya berada pada satu tempat saja dan jarang memperoleh pengalaman-pengalaman yang bisa diajarkan kepada anak-anaknya. 

Ibu selalu diposisikan menjadi seorang pahlawan bagi keluarga mereka yang kelaparan. Ibu selalu berhubungan dengan dapur dan peralatan memasak, ibu adalah penguasa daerah dapur. Bahkan dalam zaman feodal seorang istri selalu disebut dengan istilah “kanca wingking” atau dengan kata lain seorang istri pekerjaannya hanyalah dibelakang atau didapur saja. Perempuan tidak memiliki hak untuk menemui seorang tamu dan bepergian keluar rumah kecuali jika sangat diperlukan. Istri tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang berada diluar rumah.
Ibu pada buku tersebut masih digambarkan dengan menggunakan pakaian kebaya zaman dahulu yang selalu dikenakan oleh perempuan-perempuan zaman dahulu. Padahal seharusnya perempuan pada tahun tersebut sudah harus digambarkan lebih tidak terlalu formal. Disana juga terdapat percakapan ibu yang ditujukan kepada anaknya Amir yaitu “ Ala ! ,,dibelakang tiris tentu kena kelapa jang djatuh tadi. atap tentu bocor. Biarlah esok sadja diperiksa ayah”.

Dapat disimpulkan bahwa peran seorang ibu disini belum secara utuh menolong anaknya yang sedang mempunyai masalah. Disini ayah yang tetap berperan dalam menyelesaikan masalah keluarganya. Ibu hanya membantu untuk sementara waktu.

article

Orang Desa Merawat Kehidupan
Oleh : FajarSetyani
Fajarsetyani41@gmail.com
“Bersih jiwa Bersih raga ”. Itulah yang seharusnya menjadi senboyan untuk manusia agar mereka dapat hidup secara damai dan terteram. Tetapi kesadaran akan kebersihan nampaknya telah luntur akibat adanya pemahaman yang berbeda.
Dalam pemahaman masyarakat jawa kebersihan bukan dilihat dari aspek material saja tetapi lebih dari itu, yaitu dalam aspek kebersihan jiwa. Hal  ini sangat ditekankan karena mereka mengangggap kebersihan yang sejati berasal dari dalam diri manusia . Seperti halnya di berbagai wilayah, Untuk melakukan pembersihan, dilakukan ritual “Bersih Desa”. Ritual Ini dilakukan dengan cara membuat berbagai sesaji yang berisi makanan pokok desa tersebut lalu sesaji itu diletakkan disetiap perempatan jalan yang sebelumnya telah dibacakan mantra-mantra dan doa-doa. Selanjutnya mereka melakukan pertunjukan tayuban. Ritual ini dilakukan warga desa untuk membersihkan diri mereka dari segala sesuatu yang membahayakan diri manusia. Mereka juga beranggapan bahwa penyakit-penyakit akan menimpa semua warga desa jika tidak melaksanakan  ritual ini, danpenguasa alam akan murka.
Masyarakat desa mampu menunjukan bahwa kebersihan dari diri sendiri yang menhindarkan mereka dari marabahaya dan mereka juga beranggapan bahwa kebersihan dari dalam jiwa merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum mereka  memikirkan kebersihan material. Banyak cara untuk membersihkan diri dari berbagai kotoran termasuk didalam jiwa manusia. Di jawa dikenal juga istilah nyadran. Ritual ini dilaksanakan sebelum memasuki bulan ramadhan. Sesaji tak ketinggalan dari pelaksanaan ritual ini. Lalu mereka membersihkan punden (pemakaman) yang tujuannya untuk menghormati roh nenek moyang yang menuggu punden tersebut. Tujuan lainya yaitu membersihan diri sendiri sebelum memasuki bulan puasa.
Begitu detailnya masyarakat desa menjaga kebersihan mereka sehinnga jika ada keluarga yang membangun sebuah kakus maka letaknya harus diluar rumah karena dipercaya bahwa kakus merupakan tempat yang sangat kotor sehingga dapat mengundang demit atau setan untuk masuk kedalam rumah jika mereka tetap meletakan kakus di dalam rumah.
Masyarakat desa selalu mengutamakan kebersihan yang mengiringi setiap kehidupannya. Karena mereka percaya bahwa hidup di alam semesta ini pasti ada yang mengawasi dan keteraturan alam ini diciptakan manusia itu sendiri. Kebersihan merupakan hal yang sacral dan harus tetap di pertahankan kesakralannya begitu pula berbagai ritual yang dilakukan oleh masyarakat desa sebenarnyaa dalah suatu cara agar mereka dapat mendekatkan diri dengan Tuhan. Karena kedekatan dengan tuhan akan tercapai jika seluruh aspek dalam diri manusia benar-benar bersih.
Sebenarnya kebersihan material sangat ditunjang dengan kebersihan rohani. Sebagai contoh jika seseorang baru pulang dari suatu tempat yang dianggap mistis maka orang tersebut diharuskan membasuh tangan dan kaki mereka. Hal ini bukan hanya tentang kepercayaan bahwa penunggu tempat yang ia kunjungi akan mengikutinya, tetapi karena hal itu akan membuat badan kita bersih secara fisik dan menghindar dari berbagaipenyakit. Hal iniselaluberirama.
Tetapi seiring berjalanya waktu masyarakat sekarang telah menganggap kebersihan merupakan hal yang tidak terlalu penting karena mereka malah membuang kotoran disembarang tempat dan kurangnya kesadaran akan kebersihan inilah  yang menyebabkan manusia sekarang memdapatkan berbagai masalah dari kurangnya kebersihan ini. Masyarakat sekarang telah melupakan bahwa hakikat dari kebersihan berada dalam diri sendiri dan dimulai dari diri sendiri juga. Kebersihan yang tak teratur telah menghasilkan berbagai sampah yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru yang tidak bisa terhindarkan lagi. Modernitas yang membuat mereka merasa tak peduli akan kebersihan diri.

Jika disbandingkan masyarakat desa dengan masyarakat sekarang maka sangat jauh perbedaannya. Karena semua aspek tentang kebersihan diri telah dilupakan oleh masyarakat sekarang. Masyarakat desa meskipun menganggap kebersihan adalah tentang gaib tetapi kebersihan apapun akan tercipta karenanya. Masyarakat desa begitu peduli dengan kebersihan sampai kejiw amereka karena mereka beranggapan bahwa kebersihan rohani akan diikuti dengan kebersihan material. Sebenarnya jik amasyarakat sekarang bisa belajar dari orang desa mungkin masalah-masalah yang timbul akibat sampah akan terselesaikan.